Sabtu, 13 November 2010

Anak Mencari Tuhan : Antologi Puisi Nugroho Suksmanto

Suatu hari saya jalan-jalan di Gramedia , bukan untuk mencari buku puisi sebenarnya tetapi ndilalah  kok tiba-tiba saja nggak tahu juntrungan asal muasalnya saya sudah tiba di rak buku-buku sastra. Dan ndilalah lagi  tanpa sengaja juga, mata saya tertarik dengan salah satu cover buku. Eh semakin dilihat-lihat buku ini aneh juga covernya ... semakin dilihat-lihat terasa semakin aneh. 

Buku itu bisa dibolak balik sehingga gak jelas mana yang cover depan dan mana yang cover belakang. Ternyata buku itu ditulis dua orang secara independen. Ada yang nulis dari depan ke belakang ada juga yang nulis dari belakang ke depan tetapi gak jelas lagi yang mana depan yang mana belakang karena itu seperti dua buku yang disatukan dalam satu buku dengan desain bolak balik - balik bolak...

Buku ditulis oleh dua orang, Kata Pengantarnya pun dua, satu pengantar untuk masing-masing buku. Sebagian Buku adalah karya Triyanto Tiwikromo, sebagian lainnya adalah karya Nugroho Suksmanto ...Lha karena pertama kali tertarik dengan covernya akhirnya kubaca juga isinya dan sebagian bisa anda lihat di sini , untuk anda nikmati dan tanggapi he he he...

Puisi yang ditulis ulang  bawah ini adalah puisi-puisi karya Nugroho Suksmanto . ...

Sesuai pengantar dari Putu Wijaya, puisi Nugroho Suksmanto memang terlihat lugas , tidak terlalu memakai kata-kata yang berkembang-kembang ,  kata-katanya normal normal saja tetapi sebagian memiliki daya kejut pada endingnya...  


Dari Antologi Puisi : Anak Mencari Tuhan, 
karya Nugroho Suksmanto. 
Penerbit Gramedia , 2010
Kata Pengantar Putu Wijaya


  Mencari Tuhan (1)

   Tuhan, mengapa Engkau sembunyi
   Di tempat yang sulit kutemukan
   Keluarlah menampakkan diri
   Atau katakan saja sebenarnya Kau tak ada
   Hingga guru mengajiku tak lagi mengajari
   Mencari dengan kitab suci dan kedalaman hati

  Mencari Tuhan(2)

  ..dan Malaikat pun bertanya,
  "mengapa engkau mencari Tuhan?"

  mendapatkan jalan ke surga, kata Ulama
  mendapatkan penghapusan dosa, kata Pendeta
  mendapatkan kebenaran hakiki, kata Filsuf
  mendapatkan cinta sejati, kata sang Sufi

  Malaikatpun membukakan pintu bagi mereka

  "kalian mengapa diam saja ?"
  tanya Malaikat kepada nelayan dan petani.
  bukankah Tuhan yang mencari kami, jawabnya

  Diiringi seniman bernyanyi sambil menari
  dan sastrawan membaca puisi
  mereka memasuki pintu yang membuka sendiri

  laksana Elang

  Elang, aku terpesona;
  paruhmu yang berlekuk runcing
  cakarmu yang kokoh mencengkram
  dan kepak sayapmu yang perkasa
  membentang saat mengawang

  Ketika mengintai di ketinggian awan
  matamu menatap tajam
  ; menembus gelombang lautan
   menyusup kerimbunan hutan
  ; menyapu permukaan daratan
  Dan saat mangsamu terkesima
  tak kau sia-siakan kesempatan
  Kau kerahkan semua kekuatan
  menghunjam tubuh laksana petir
  lalu menerkam!
  Seperti saat berbuka di Surau
  Anak-anak berebut makanan

  ;duka anak orang kaya

  Kusaksikan keriangan yang tak kudapatkan
  Saat banjir merendam Jakarta
  Anak-anak berenang
  Bermain air
  Tersedak
  Berduka pun mereka tertawa

  Sedang aku,
  Berenang di kolam ...sendirian
  Tetangga
  hanya mendengar debur airnya
  Tawaku tersembunyi
  Di balik duka
  Jadi anak orang kaya

  ; menebak senandung Tokek

  Tokek,
  Bersenandunglah dalam bilangan ganjil
  Hingga saat tebakan kuawali dengan "kaya" tidak jatuh"miskin"
  Tetapi aku sadar
  Suatu ketika pasti pasti bilanganmu genap
  Hingga saat tebakan kuawali dengan "hidup"
  Akan berakhir dengan "Mati"

  ; Sastra Kita

  Ketika sastra hanya olahkata
  Makna tak berarti

  Ketika kata belaka menghiasi media
  Sastra seakan mati

  Ketika media menjadi alat penguasa
  Sastrawan mengabdi ..atau dikebiri !

  ******

Nugroho Suksmanto lahir di Semarang 12 November 1952. Insinyur Arsitektur lulusan ITB kemudian melanjutkan studi di University of Southern California. Selain pegiat puisi , ia telah menulis kumpulan cerpen : Petualangan Celana Dalam dan Impian Perawan. Ia juga menulis LA Undercover bersama Budi Darma, Chavchay Syaifullah, Eka Kurniawan dan Triyanto Tiwikromo.Selain itu juga menulis Renung Canda Pelawak Bersorban. ( Sumber : Anak Mencari Tuhan, Gramedia 2010) 

               Bagaimana pendapat anda teman-teman ??? 

               SALAM

6 komentar:

  1. wah, membahas buku puisi juga toh.emang menarik puisi2nya .

    BalasHapus
  2. yg Duka anak orang kaya itu menarik.

    BalasHapus
  3. Jadi Inget cerita Zaman Arab Jahiliyah

    Dimana Syair lebih berbahaya dari pedang

    :: Dipaksa-paksain-nyambung-padahal-ngga ::

    Hehe

    Salam kenal, Mas LP

    BalasHapus
  4. @Penggoda : Saya rasa bukan masalah syair lebih berbahaya daripada pedang, tetapi apa isi syairnya dan bagaimana pedang itu dipakai...
    Salam Kenal juga ...Terima kasih banyak telah berkunjung...

    SALAM

    BalasHapus
  5. Wow

    itu puisi hebat om
    tapi tunggu dulu yang ini;

    mendapatkan jalan ke surga, kata Ulama
    mendapatkan penghapusan dosa, kata Pendeta
    mendapatkan kebenaran hakiki, kata Filsuf
    mendapatkan cinta sejati, kata sang Sufi

    Apapun kata Ulama, pendeta, filsuf, Sufi aku tidak setuju, agama bukan mengajarkan itu. Agama itu di ciptakan Tuhan bukan untuk mencari imbalan Tuhan, agama itu di ciptakan Tuhan agar manusia tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Itu maksud Tuhan. Darimana aku tahu? Dari cara Dia mendidik NabiNya!!!

    *Lam Kenal dulu, walau kita sudah lama saling kenal*

    SALAM

    BalasHapus

Silahkan berkomentar dengan tenang . Terimakasih...

Pengikut