Suatu hari saya jalan-jalan di Gramedia , bukan untuk mencari buku puisi sebenarnya tetapi ndilalah kok tiba-tiba saja nggak tahu juntrungan asal muasalnya saya sudah tiba di rak buku-buku sastra. Dan ndilalah lagi tanpa sengaja juga, mata saya tertarik dengan salah satu cover buku. Eh semakin dilihat-lihat buku ini aneh juga covernya ... semakin dilihat-lihat terasa semakin aneh.
Buku itu bisa dibolak balik sehingga gak jelas mana yang cover depan dan mana yang cover belakang. Ternyata buku itu ditulis dua orang secara independen. Ada yang nulis dari depan ke belakang ada juga yang nulis dari belakang ke depan tetapi gak jelas lagi yang mana depan yang mana belakang karena itu seperti dua buku yang disatukan dalam satu buku dengan desain bolak balik - balik bolak...
Buku ditulis oleh dua orang, Kata Pengantarnya pun dua, satu pengantar untuk masing-masing buku. Sebagian Buku adalah karya Triyanto Tiwikromo, sebagian lainnya adalah karya Nugroho Suksmanto ...Lha karena pertama kali tertarik dengan covernya akhirnya kubaca juga isinya dan sebagian bisa anda lihat di sini , untuk anda nikmati dan tanggapi he he he...
Puisi yang ditulis ulang bawah ini adalah puisi-puisi karya Nugroho Suksmanto . ...
Sesuai pengantar dari Putu Wijaya, puisi Nugroho Suksmanto memang terlihat lugas , tidak terlalu memakai kata-kata yang berkembang-kembang , kata-katanya normal normal saja tetapi sebagian memiliki daya kejut pada endingnya...
Dari Antologi Puisi : Anak Mencari Tuhan,
karya Nugroho Suksmanto.
Penerbit Gramedia , 2010
Kata Pengantar Putu Wijaya
Mencari Tuhan (1)
Tuhan, mengapa Engkau sembunyi
Di tempat yang sulit kutemukan
Keluarlah menampakkan diri
Atau katakan saja sebenarnya Kau tak ada
Hingga guru mengajiku tak lagi mengajari
Mencari dengan kitab suci dan kedalaman hati
Mencari Tuhan(2)
..dan Malaikat pun bertanya,
"mengapa engkau mencari Tuhan?"
mendapatkan jalan ke surga, kata Ulama
mendapatkan penghapusan dosa, kata Pendeta
mendapatkan kebenaran hakiki, kata Filsuf
mendapatkan cinta sejati, kata sang Sufi
Malaikatpun membukakan pintu bagi mereka
"kalian mengapa diam saja ?"
tanya Malaikat kepada nelayan dan petani.
bukankah Tuhan yang mencari kami, jawabnya
Diiringi seniman bernyanyi sambil menari
dan sastrawan membaca puisi
mereka memasuki pintu yang membuka sendiri
laksana Elang
Elang, aku terpesona;
paruhmu yang berlekuk runcing
cakarmu yang kokoh mencengkram
dan kepak sayapmu yang perkasa
membentang saat mengawang
Ketika mengintai di ketinggian awan
matamu menatap tajam
; menembus gelombang lautan
menyusup kerimbunan hutan
; menyapu permukaan daratan
Dan saat mangsamu terkesima
tak kau sia-siakan kesempatan
Kau kerahkan semua kekuatan
menghunjam tubuh laksana petir
lalu menerkam!
Seperti saat berbuka di Surau
Anak-anak berebut makanan
;duka anak orang kaya
Kusaksikan keriangan yang tak kudapatkan
Saat banjir merendam Jakarta
Anak-anak berenang
Bermain air
Tersedak
Berduka pun mereka tertawa
Sedang aku,
Berenang di kolam ...sendirian
Tetangga
hanya mendengar debur airnya
Tawaku tersembunyi
Di balik duka
Jadi anak orang kaya
; menebak senandung Tokek
Tokek,
Bersenandunglah dalam bilangan ganjil
Hingga saat tebakan kuawali dengan "kaya" tidak jatuh"miskin"
Tetapi aku sadar
Suatu ketika pasti pasti bilanganmu genap
Hingga saat tebakan kuawali dengan "hidup"
Akan berakhir dengan "Mati"
; Sastra Kita
Ketika sastra hanya olahkata
Makna tak berarti
Ketika kata belaka menghiasi media
Sastra seakan mati
Ketika media menjadi alat penguasa
Sastrawan mengabdi ..atau dikebiri !
******
Nugroho Suksmanto lahir di Semarang 12 November 1952. Insinyur Arsitektur lulusan ITB kemudian melanjutkan studi di University of Southern California. Selain pegiat puisi , ia telah menulis kumpulan cerpen : Petualangan Celana Dalam dan Impian Perawan. Ia juga menulis LA Undercover bersama Budi Darma, Chavchay Syaifullah, Eka Kurniawan dan Triyanto Tiwikromo.Selain itu juga menulis Renung Canda Pelawak Bersorban. ( Sumber : Anak Mencari Tuhan, Gramedia 2010)
Bagaimana pendapat anda teman-teman ???
SALAM
wah, membahas buku puisi juga toh.emang menarik puisi2nya .
BalasHapusyg Duka anak orang kaya itu menarik.
BalasHapusJadi Inget cerita Zaman Arab Jahiliyah
BalasHapusDimana Syair lebih berbahaya dari pedang
:: Dipaksa-paksain-nyambung-padahal-ngga ::
Hehe
Salam kenal, Mas LP
@Penggoda : Saya rasa bukan masalah syair lebih berbahaya daripada pedang, tetapi apa isi syairnya dan bagaimana pedang itu dipakai...
BalasHapusSalam Kenal juga ...Terima kasih banyak telah berkunjung...
SALAM
Wow
BalasHapusitu puisi hebat om
tapi tunggu dulu yang ini;
mendapatkan jalan ke surga, kata Ulama
mendapatkan penghapusan dosa, kata Pendeta
mendapatkan kebenaran hakiki, kata Filsuf
mendapatkan cinta sejati, kata sang Sufi
Apapun kata Ulama, pendeta, filsuf, Sufi aku tidak setuju, agama bukan mengajarkan itu. Agama itu di ciptakan Tuhan bukan untuk mencari imbalan Tuhan, agama itu di ciptakan Tuhan agar manusia tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Itu maksud Tuhan. Darimana aku tahu? Dari cara Dia mendidik NabiNya!!!
*Lam Kenal dulu, walau kita sudah lama saling kenal*
SALAM
ditunggu terus karyanya ,,,sukses !!
BalasHapus